Sabtu, 10 November 2018

JURNAL GAGAL GINJAL




Judul jurnal           : KECEMASAN PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK   YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Volume                          :  46 ISSUE 3. TH 2012
Tahun                            : 2012
Penulis Jurnal            : LUANA NA, SAHALA PANGGABEAN, JOYCE VM LENGKONG, IKA CHRISTINE
Penerbit                        : UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Latar belakang
Cemas (ansietas) adalah suatu keadaan patologik yang ditandai oleh perasaan ketakutan diikuti dan disertai tanda somatik. Kecemasan juga merupakan respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual. Kecemasan salah satunya disebabkan oleh gangguan biologik, seperti penyakit ginjal kronik (PGK) yang membutuhkan hemodialisis. Penderita hemodialisis mengalami kecemasan, salah satunya dapat diakibatkan oleh kronisitas penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan frekuensi dan periode menjalani hemodialisis pada berbagai derajat kecemasan pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS Universitas Kristen Indonesia.
Metode
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional, dilakukan selama bulan Oktober- November 2011. Pengukuran derajat cemas menggunakan instrument Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Dilakukan analisis uji beda Kruskall Wallis untuk menganalisis perbedaan frekuensi dan periode hemodialisis pada tiga derajat kecemasan (ringan, sedang, dan berat).
Hasil
Dua puluh delapan (51,9%) laki-laki dan 26 (48,1%) perempuan penderita PGK yang menjalani hemodialisis di Universitas Kristen Indonesia ikut serta dalam penelitian ini. Terdapat 42 (77,78%) di antaranya yang mengalami kecemasan. Penderita dengan rerata periode dan frekuensi hemodialisis terpanjang mengalami kecemasan ringan, sedangkan penderita rerata periode dan frekuensi hemodialisis terpendek mengalami kecemasan sedang. Terdapat perbedaan yang bermakna antara frekuensi dan periode

hemodialisis dan derajat kecemasan pada penderita hemodialisis (p=0,002 dan p=0,003, secara berurutan).
Simpulan
Terdapat perbedaan yang bermakna antara frekuensi dan periode hemodialisis dan derajat kecemasan pada penderita hemodialisis.
Sumber

Artikel kedua

Judul Jurnal     : Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang.
Volume               : 1, No 1 2012           
Tahun                 : 2012
Penulis               : Nihaya Ika Fahmia, Tatik Mulyati , Erma Handarsari.
Email                 : mulyati_tati@yahoo.co.id
Penerbit             : Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang


PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia dimana peningkatan jumlah penderita terus bertambah hingga saat ini. Berdasarkan hasil survei Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun 1990 sampai 1992 menunjukkan bahwa 13% dari sekitar 50.000 orang penderita rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia menderita gagal ginjal. Penderita gagal ginjal tahap akhir atau terminal di Indonesia bertambah sekitar 100 orang setiap 1 juta penduduk pertahun, hanya 3000 orang yang menjalani terapi dialisis dari 150 ribu gagal ginjal di Indonesia saat ini (Sapri, 2004) Pemberian terapi dialisis pada gagal ginjal bertujuan untuk memperpanjang umur dan mempertahankn kualitas hidup, dialisis dapat dilakukan dengan menggunakan cara hemodialisa. Sebagian besar terapi hemodialisa dilakukan di ruang rawat inap atau di unit hemodialisa. Di Indonesia hemodialisa umumnya dilakukan dua kali dalam seminggu dan satu sesi hemodialisa memakan waktu selama 5 jam. Asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam tubuh, pengaruh asupan protein memegang peranan yang penting dalam penanggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom uremik disebabkan karena menumpuknya katabolisme protein tubuh. Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa harus memenuhi kebutuhannya yaitu 1-1,2 g/kg BB/hari. Sumber protein didapat dari telur, daging, ayam, ikan, susu, semakin baik asupan protein semakin baik dalam mempertahankan status gizinya. Untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik melalui terapi hemodialisa diperlukan Pengaturan diet untuk mencapai status gizi yang baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis Explanatory, metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan belah lintang (Cross Sectional). Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang, mulai bulan Juni - bulan Juli 2012. Populasi penelitian adalah Semua penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Instalasi Rawat Jalan Unit Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan juli 2012. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis Explanatory, metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan belah lintang (Cross Sectional). Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang, mulai bulan Juni - bulan Juli 2012. Populasi penelitian adalah Semua penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Instalasi Rawat Jalan Unit Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan juli 2012. hubungan antara variable dependent dan independent dengan data berdistribusi tidak normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang merupakan Rumah Sakit kelas B milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di Semarang Bagian Barat dengan kapasitas tempat tidur terpasang saat ini 242 tempat tidur. Luas tanah 26.700 m², luas bangunan 10.000 m² terdiri dari gedung rawat jalan, gedung IGD, 8 bangsal perawatan, kamar bedah, kamar bersalin, bangunan penunjang, kantor serta aula. Pelayanan di RSUD Tugurejo Semarang meliputi IGD, rawat inap, rawat jalan, apotek, bedah sentral, laboratorium. Pelayanan yang diberikan di instalasi rawat jalan meliputi poliklinik spesialis anak, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, spesialis kulit dan kelamin, spesialis orthopedi, spesialis paru, poli kusta, poli kecantikan, poli tumbuh kembang, poli gizi, poli psikologi dan poli VCT.
KESIMPULAN
Karakteristik penderita gagal ginjal kronik hemodialisa di RS Tugurejo Semarang terbanyak pada kelompok umur 46-60 th dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan pendidikan responden sebagian besar lulusan SD sedangkan pekerjaan responden terbanyak adalah swasta. Status gizi responden sebagian besar dalam kategori normal (51,5%) dan asupan energi responden berkategori normal (51,5%), asupan protein responden berkategori normal (51,5%) Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi penderita gagal ginjal kronik hemodialisa dan ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi penderita gagal ginjal kronik hemodialisa.

Sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar